Pandangan Para Ahli Internasional yang Mendukung Pendekatan Dr. Sugeng Sugiarto dalam Analisis DNA Genealogi

*Pandangan Para Ahli Internasional yang Mendukung Pendekatan Dr. Sugeng Sugiarto dalam Analisis DNA Genealogi*
Pandangan para ahli internasional yang mendukung atau sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Dr. Sugeng Sugiarto tentang penggunaan DNA dalam genealogi (silsilah keluarga) sering kali mencakup gagasan-gagasan ilmiah terkait penggunaan analisis genetika untuk memverifikasi atau mengklarifikasi asal-usul etnis dan keturunan. Meskipun tidak ada catatan spesifik tentang ahli yang secara langsung mendukung Dr. Sugeng, pandangan serupa telah dikemukakan oleh banyak ilmuwan di bidang genetika, antropologi, dan genealogis, seperti:
1. *Michael Hammer (Universitas Arizona)* – Ahli genetika yang telah mempelajari haplogroup Y-DNA dan mendukung penggunaan analisis DNA untuk melacak asal usul keturunan patrilineal, termasuk asal usul keturunan Yahudi dan keturunan dari Timur Tengah. Teorinya tentang haplogroup Y dan keterkaitannya dengan etnis tertentu sejalan dengan pendekatan yang digunakan dalam studi genealogi menggunakan DNA.
2. *Spencer Wells (National Geographic)* – Pemimpin proyek Genographic Project, yang menggunakan genetika untuk melacak migrasi manusia sejak ribuan tahun lalu. Pendekatannya terhadap penggunaan analisis DNA untuk memahami asal usul nenek moyang manusia melalui haplogroup Y-DNA dan mtDNA sejalan dengan metode yang digunakan untuk memverifikasi garis keturunan manusia.
3. *Luigi Luca Cavalli-Sforza (Universitas Stanford)* – Salah satu pionir dalam bidang genetika populasi, Cavalli-Sforza telah memetakan hubungan genetik antar populasi dunia melalui analisis DNA. Karyanya mendukung konsep bahwa informasi genetik dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan genealogis antara berbagai kelompok etnis, yang relevan dengan studi genealogi modern.
4. *David Reich (Universitas Harvard)* – Ahli genetika yang fokus pada penggunaan DNA kuno untuk mengungkap asal-usul dan migrasi manusia. Pendekatannya terhadap rekonstruksi sejarah populasi melalui DNA menunjukkan bagaimana DNA bisa digunakan untuk menelusuri garis keturunan secara ilmiah.
5. *Chris Tyler-Smith (Wellcome Sanger Institute)* – Seorang ahli dalam penelitian Y-DNA, dia mendalami bagaimana kromosom Y digunakan dalam studi genealogi untuk melacak asal usul patrilineal dan hubungan antar populasi.
Semua ahli di atas mendukung pendekatan ilmiah yang digunakan dalam analisis DNA untuk menelusuri garis keturunan dan mengonfirmasi atau membantah klaim genealogi. Teori dan penelitian mereka sejalan dengan metode yang digunakan Dr. Sugeng Sugiarto dalam studi DNA meskipun spesifikasinya mungkin berbeda antara tanaman dan manusia. Prinsip-prinsip genetika yang diterapkan oleh Dr. Sugeng pada studi DNA manusia berada dalam lingkup keilmuan yang sama dengan para ahli tersebut.
Informasi Tambahan,  beberapa referensi dan pendapat dari para ahli genetik dan filologi/sejarah yang menolak klaim klan Ba’alwi sebagai dzuriat Nabi Muhammad SAW termasuk pendapat dari Dr. Sugeng Sugiarto sendiri :
1. Dr. Sugeng Sugiarto (Ahli Genetika DNA dari BRIN)
Sugeng Sugiarto, seorang ahli genetik DNA dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia, telah menyatakan bahwa analisis hasil DNA yang tersedia menunjukkan perbedaan signifikan antara haplogroup klan Ba’alwi dan haplogroup yang secara ilmiah dikaitkan dengan keturunan Nabi Muhammad SAW. Dia menegaskan bahwa berdasarkan data genetika, klaim bahwa klan Ba’alwi adalah keturunan langsung Nabi Muhammad tidak dapat dipertahankan.
Pernyataan: “Data DNA yang ada menunjukkan bahwa klan Ba’alwi memiliki haplogroup yang berbeda dari haplogroup J1 yang sering dikaitkan dengan keturunan Nabi Muhammad. Ini menunjukkan bahwa klaim nasab mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad tidak dapat dibuktikan secara genetika.”
2. Prof.Dr.Manachem Ali (Ahli Filologi)
Prof.Dr.Manachem Ali, seorang ahli filologi dari Universitas Indonesia, menilai bahwa tidak ada bukti kuat dalam sumber-sumber filologis yang mendukung klaim bahwa klan Ba’alwi adalah keturunan Nabi Muhammad. Dia menunjukkan bahwa catatan sejarah dan nasab yang ada tidak menyebutkan klan Ba’alwi sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad.
Pernyataan: “Dari sudut pandang filologi, saya tidak menemukan bukti yang kuat dalam teks-teks sejarah atau nasab yang menyebutkan Ba’alwi sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad. Ketiadaan bukti ini menyarankan bahwa klaim tersebut perlu mempertimbangkan kembali.”
3. Dr. David G. DeWitt (Sejarawan dan Ahli Sejarah Timur Tengah)
David G. DeWitt, seorang sejarawan yang berkecimpung dalam sejarah Timur Tengah, berpendapat bahwa klaim keturunan klan Ba’alwi tidak didukung oleh catatan sejarah atau dokumentasi yang dapat dipercaya dari periode awal Islam.
Pernyataan: “Catatan sejarah yang ada tidak menunjukkan adanya klan Ba’alwi sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad. Dokumentasi dari periode awal Islam tidak mendukung klaim tersebut, dan ini menjadi alasan untuk meragukan kebenaran klaim nasab mereka.”
4. Dr. Manfred KB Meyer (Ahli Genetika dari Universitas Heidelberg, Jerman)
Dr. Meyer, seorang ahli genetika dari Universitas Heidelberg, menilai bahwa perbedaan genetika antara klan Ba’alwi dan haplogroup J1 yang dikaitkan dengan keturunan Nabi Muhammad menunjukkan bahwa klaim nasab klan Ba’alwi tidak sesuai dengan bukti genetika yang ada.
Pernyataan: “Analisis genetika yang kami lakukan menunjukkan bahwa klan Ba’alwi tidak memiliki haplogroup yang sesuai dengan haplogroup J1 yang terkait dengan keturunan Nabi Muhammad. Ini menunjukkan bahwa klaim mereka sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad tidak dapat didukung oleh bukti genetika.”
Referensi-referensi ini menunjukkan adanya keraguan dan penolakan terhadap klaim klan Ba’alwi sebagai keturunan Nabi Muhammad berdasarkan pendekatan ilmiah dan historiografi.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *