*PWI-LS: Bagian Dari NU yang Berjuang Untuk Kiai dan Ulama Nusantara*
Pengurus NU yang bergabung dengan organisasi non-NU seperti Robithoh Alawiyah (RA) tidak pernah dipermasalahkan oleh struktur NU. Namun, ketika ada pengurus NU yang bergabung dengan Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah (PWI-LS), ancaman pemecatan langsung mencuat. Pertanyaannya, apakah ini sikap yang adil?
*PWI-LS: Manifestasi Kultural NU*
PWI-LS bukanlah badan otonom NU, tetapi keberadaannya lahir dari akar tradisi NU. Sama seperti jamโiyah yasin-tahlil yang hidup subur di desa-desa, PWI-LS adalah wadah perjuangan kultural NU yang memperjuangkan harkat, martabat, dan marwah Kiai dan Ulama Nusantara. Tidak berlebihan jika menyebut PWI-LS sebagai kloningan NU yang terafiliasi kuat dengan semangat Nahdlatul Ulama.
PWI-LS berdiri dengan kesadaran mendalam akan pentingnya menjaga warisan perjuangan NU dan Kiai Nusantara. Dalam konteks ini, PWI-LS telah menjadi benteng pertahanan dari berbagai upaya pemutarbalikan sejarah NU, pembodohan doktrin, pemalsuan makam, hingga penghinaan terhadap ulama Nusantara.
*Mengapa PWI-LS Dianggap Bermasalah?*
Ironisnya, keberadaan PWI-LS yang gigih membela marwah NU justru mendapat ancaman dari pihak tertentu yang mengklaim diri sebagai pengurus NU. Di sisi lain, organisasi seperti RA yang tidak memiliki afiliasi kultural dengan NU malah tidak dipermasalahkan. Pertanyaan besar yang muncul adalah: di mana mereka yang mengancam PWI-LS saat Kiai dan Ulama Nusantara dihina, direndahkan, dan dipecah belah?
Sikap ini memunculkan dugaan adanya kepentingan tertentu untuk memisahkan PWI-LS dari NU. Jika ini terjadi, maka yang dirugikan bukan hanya PWI-LS, tetapi NU secara keseluruhan. Bukankah sudah seharusnya struktur NU bersyukur atas keberadaan PWI-LS yang selama ini menjadi pembela NU dari berbagai ancaman?
*PWI-LS dan Perjuangan Untuk NU*
PWI-LS hadir untuk memperkuat NU, bukan melemahkannya. Mereka berdiri bersama Kiai dan Ulama Nusantara, melawan segala bentuk penghinaan dan upaya pecah belah. Sikap ini sejalan dengan prinsip perjuangan NU yang menjunjung tinggi keutuhan NKRI dan keberagaman Islam Nusantara.
*NU struktural mestinya mengapresiasi keberadaan PWI-LS, bukan sebaliknya*. Jangan biarkan segelintir pihak yang tidak sepenuh hati berkhidmat di NU merusak solidaritas ini. Mukibul (pengikut fanatik buta kabib klan baโlawi), mereka yang hanya mencari keuntungan pribadi dari NU, tidak boleh diberi ruang untuk melemahkan perjuangan PWI-LS.
*PWI-LS adalah Bagian dari NU*
PWI-LS mungkin bukan badan otonom NU, tetapi nilai dan perjuangannya jelas berasal dari akar kultural NU. Keberadaan PWI-LS memperkuat NU, menjaga warisan Kiai dan Ulama Nusantara, serta melindungi sejarah NU dari pemalsuan dan distorsi.
Jika ancaman pemecatan terhadap pengurus NU yang bergabung dengan PWI-LS benar terjadi, ini hanya akan memperlemah perjuangan NU sendiri. Sebaliknya, dukungan terhadap PWI-LS adalah langkah strategis untuk memastikan marwah NU tetap terjaga. *GIR ORA MINGGIR TABRAK!*
Polemik nasab ba’lawi , mohon pempeintah ikut menyelesaikannya dengan membentuk tim penelitian nasab ba’lawi dan tim sejarawan Nusantara juga sejarawan NU, , biar polemik ini cepat selesai, karena sudah jelas-jelas memecah belah masyarakat, contoh mendirikan JATMAN tandingan, dan narasi pembelokan sejarah..