Relevansi Karomah dalam Dakwah Islamiyah dan Kebutuhan Umat

*Relevansi Karomah dalam Dakwah Islamiyah dan Kebutuhan Umat*

 

*Pendahuluan*

Dalam konteks dakwah Islamiyah, terdapat pandangan yang menekankan pentingnya fokus pada bimbingan aqidah yang hanif, ibadah yang sahih, serta teladan akhlak yang mulia. Menceritakan karomah dalam dakwah seringkali dianggap tidak relevan dengan kebutuhan umat, karena dinilai hanya untuk kemasyhuran atau berpotensi mengandung kenangan. Di sisi lain, konsep karomah memiliki dasar yang kuat dalam tradisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) dan dapat menjadi instrumen penting dalam memperkuat keimanan umat.

 

*1. Karomah dalam Perspektif Ahlus Sunnah wal Jama’ah*

Karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada para wali-Nya, yang merupakan tanda keistimewaan bagi orang-orang yang dekat dengan-Nya. Dalam tradisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah, keyakinan terhadap keberadaan karomah telah menjadi bagian yang diterima dalam aqidah. Imam al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menyebutkan bahwa karomah adalah hal yang mungkin terjadi dan merupakan salah satu bentuk karunia Allah bagi hamba-Nya yang taat.

Salah satu bukti dalam Al-Qur’an mengenai adanya karomah adalah kisah Maryam yang mendapatkan makanan langsung dari Allah SWT tanpa perantara manusia:

“Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia menemukan makanan di sisinya. Zakariya berkata: ‘Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab: ‘Makanan itu dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan.” (QS. Ali Imran : 37).

Ayat ini menunjukkan karomah yang terjadi pada Maryam. Para ulama seperti Imam al-Qurthubi menjelaskan bahwa kisah ini adalah bukti nyata dari karomah yang diberikan kepada hamba pilihan Allah, yang berfungsi sebagai penguat keimanan dan keyakinan.

 

*2. Prioritas dalam Dakwah: Aqidah, Ibadah, dan Akhlak*

Meskipun karomah memiliki landasan yang kuat dalam aqidah, esensi utama dakwah Islamiyah adalah membimbing umat menuju aqidah yang benar, ibadah yang sah, dan akhlak yang mulia. Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa dakwah haruslah berpusat pada upaya memperbaiki hubungan manusia dengan Allah SWT melalui ajaran tauhid, serta mengarahkan manusia untuk berakhlak dengan baik dan memperbaiki ibadahnya.

Oleh karena itu, cerita-cerita mengenai karomah tidak dapat dijadikan fokus utama dakwah. Karomah adalah sarana, bukan tujuan dalam dakwah. Penting untuk menjaga agar umat tidak tertarik pada hal-hal yang bersifat spektakuler semata, namun tetap fokus pada prinsip-prinsip aqidah yang benar dan ibadah yang shahih. Karomah hanya boleh diceritakan jika memiliki tujuan yang jelas untuk memperkuat keimanan umat kepada kekuasaan Allah SWT.

 

*3. Karomah dan Mukjizat: Perbedaan dan Fungsinya*

Perlu ada pemahaman yang jelas mengenai perbedaan antara karomah dan mukjizat. Mukjizat adalah tanda kenabian yang diberikan kepada para nabi sebagai bukti kebenaran risalah yang mereka bawa. Sementara itu, karomah adalah keistimewaan yang diberikan kepada wali Allah, namun tidak dalam rangka pembuktian kenabian.

Imam Al-Suyuthi dalam Al-Hawi lil Fatawi menjelaskan bahwa mukjizat hanya diberikan kepada para nabi, sementara karomah diberikan kepada para wali sebagai bentuk keanggunan dan tanda kedekatan mereka kepada Allah. Oleh karena itu, ketika menceritakan karomah, pendakwah harus memastikan bahwa cerita tersebut didukung oleh dalil yang kuat dari Al-Qur’an, Hadits, atau riwayat sahih yang diakui oleh para ulama.

 

*4. Bahaya Khurafat dalam Cerita Karomah*

Islam sangat bertentangan, khurafat, dan khayalan dalam menyampaikan ajaran agama. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang berbohong atas namaku secara sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kisah-kisah karomah yang tidak memiliki dasar kuat, apalagi jika ditambah-tambahkan atau dilebih-lebihkan, dapat menyebabkan kebingungan di kalangan umat dan menimbulkan fitnah dalam beragama. Maka dari itu, perlu kehati-hatian dalam menyampaikan cerita karomah. Jika cerita tersebut tidak berdasar atau hanya merupakan rekaan, ia harus dihindari, karena dapat merusak dakwah dan mencemarkan nama agama.

Dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala karya Imam al-Dzahabi, disebutkan bahwa seorang ulama besar, Abu Bakr al-Marwazi, pernah berkata: “Tidak ada yang lebih merusak agama daripada salinan yang diucapkan atas nama Allah dan Rasul-Nya.” Oleh karena itu, cerita karomah yang tidak jelas asal usulnya atau tidak memiliki dasar syar’i yang kuat harus dibuang agar tidak mengelilingi umat.

 

*5. Pentingnya Ilmu yang Shahih dalam Dakwah*

Umat ​​Islam harus senantiasa berpegang pada ilmu yang shahih dalam segala bentuk dakwah dan pengajaran. Al-Qur’an dengan tegas memperingatkan:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra : 36).

Ayat ini menjadi pedoman dalam menyampaikan ilmu, termasuk dalam hal menceritakan karomah atau kisah luar biasa lainnya. Dakwah harus berlandaskan ilmu yang jelas dan terpercaya, serta membawa manfaat bagi keimanan dan akhlak umat. Meskipun cerita-cerita karomah dapat menjadi inspirasi, tidak boleh ada unsur yang berlebihan atau tidak berdasar dalam penyajiannya.

 

*Kesimpulan*

Dalam dakwah Islamiyah, fokus utama haruslah pada pengajaran aqidah yang benar, ibadah yang sahih, dan akhlak yang mulia. Menceritakan karomah, meskipun diakui dalam tradisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah, harus dilakukan dengan bijaksana dan penuh kehati-hatian. Karomah hanya boleh diceritakan jika ada dasar yang jelas dari Al-Qur’an, Hadits, atau riwayat ulama yang dapat dipercaya. Sebagai pendakwah, penting untuk menjaga agar dakwah tidak terjebak dalam cerita-cerita yang berlebihan, namun tetap berpusat pada tujuan utama, yaitu mengarahkan umat kepada keimanan yang benar dan mendekatkan mereka kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam bish-shawab.

 




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *