Sejarah Adalah Senjata

Benar apa yang diprediksikan bahwa Klan Ba’alwi tidak berhenti melakukan pemalsuan sejarah Nusantara, sebab hingga saat ini mem-Ba’alwi-kan makam leluhur hingga makam palsu masih terus berlangsung. Bahkan temuan tidak hanya yang berada di kawasan pulau Jawa dan Sumatera, tetapi juga telah merambah ke Wilayah Kalaimantan.

 

Pemalsuan makam dan pembelokan sejarah Nusantara sangat membahayakan bagi kebudayaan Indonesia dan juga akan mengacaukan dunia akademik. Tidak menutup kemungkinan nama yang asli tersebut diubah menjadi ke nama-nama palsu dari Klan Ba’alwi Yaman. Sebab hal itu telah lazim dilakuakan oleh Klan Ba’alwi terhadap beberapa nama-nama tokoh tersohor yang asli pribumi.

 

Bila hal itu terus dilakukan maka keagungan peradaban bangsa ini akan merosot, ketika sumber-sumbernya telah dipotong, digelapkan atau disembunyikan bahkan di palsukan. Kenapa para pemalsu sejarah itu diberi kebebas berkeliaran hingga ke daerah pedalaman tanpa hambatan, anehnya sampai dipuja-puji oleh sebagian orang?? Ini kelakuan dari inlander yang tidak punya harga diri, yang biasa kita sebut Mukibin.

 

Lalu mengapa terkadang ada saja pemalsuan terhadap sejarah yang ada di masa lalu? Mengapa tidak disajikan secara realistis?

 

Menurut saiya, hal ini berkaitan dengan pepatah populer yang berbunyi, “history has been written by the victors” yang artinya sejarah ditulis oleh pemenang. Walaupun ada sejarah yang ditulis oleh pihak yang kalah perang misalnya saja tulisan oleh Tucydides tentang Perang Peloponesia, yang mana Tucydides adalah pihak yang kalah (karena dia adalah warga Athena).

 

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah adalah senjata dan sangat lah dekat dengan penguasa. Karena pemenang biasanya punya akses yang lebih dibanding pihak yang kalah sehingga ia juga punya akses terhadap kesejarahan. Faktanya bahwa alur sejarah bisa dijadikan alat untuk melegitimasi kekuasaan.

 

Bahwa penguasa atau pemenang punya akses untuk melakukan legitimasi kekuasaan yang dapat mengubah sejarah, mereka punya akses semisal untuk membuat baliho agar bisa menonjolkan peran mereka, punya akses untuk membuat alat-alat propaganda lainnya.

 

Maka, ada baiknya saat membaca sejarah, tidak membacanya secara mentah-mentah. Akan tetapi harus melakukan serangkaian penelitian lebih mendalam.

 

Bersikap skeptis dengan sejarah yang tersaji tidak ada salahnya, asalkan sikap skeptis itu bisa mengantarkan kita menelusuri kebenaran-kebenaran sejarah berdasarkan data dan fakta, bukan berdasarkan “katanya” belaka.

 

Penulis dari Swedia, Juri Lina, pada tahun 2004 menulis buku kontroversial “Architects of Deception The Concealed History of Freemasonry” mengungkapkan bahwa ada tiga cara untuk melemahkan dan menjajah suatu negeri:

 

1. Kaburkan sejarahnya

2. Hancurkan bukti-bukti sejarahnya agar tak bisa dibuktikan kebenarannya

3. Putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya, katakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.

 

Hari ini Klan Ba’alwi terbukti melakukan tiga hal yang disebutkan Juri Lina di atas. Klan Ba’alwi melakukan upaya pelemahan dan penjajahan kepada kita, Bangsa Nusantara. Bukti-bukti empiris bertebaran di mana-mana dengan kuantitas yang banyak.

 

Waallahu Alam

 

Oleh : Husni Mubarok Al Qudusi, DPP PWI Laskar Sabilillah




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *