Sejarah Klub Malam Pertama di Indonesia, Terbesar di Asia Tenggara didirikan oleh seorang habib klan Ba’alwi.

NASAB BA’ALWI PALSU, KARENA NASAB NABI S.A.W. YANG SUCI PASTI AKAN TERJAGA DARI MURTAD DAN MAKSIAT
(Kajian atas fakta dan data sejarah klan Ba’alwy di Nusantara)
Setiap fargmen kisah dan cerita terkait sejarah klan Ba’alwy di nusantara ini menjadi menarik untuk diperbincangkan. Ini disebabkan karena predikat suci yang selama ratusan tahu mereka sandang, yakni sebagai Dzurriyah Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi sejak Nasab Klan para Imigran Yaman ini dinyatakan TERPUTUS berdasarkan hasil kajian Kitab sejarah, Kitab nasab, kita Filologi dan hasil tes DNA yang dimotori oleh Sang Mujaddid, KH. Imaduddin Usman Al Bantany, maka publik seakan tersadar dari tidur dan mimpi indahnya.
Di tengah pembelaan dan penolakan yang tak berujung dari Para Klan Ba’alwy dan para muhibbinnya, meskipun pembelaan dan penolakan itu belum bisa membantah kesimpulan atas kajian ilmiah itu, publik terus turut serta meramaikan diskusi dan polemik ini berdasarkan kapasitas dan kemampuan berfikirnya yang bebas dan merdeka.
Salah satu pemikiran yang berkembang adalah keyakinan spiritual bagi kita umat Islam bahwa ‘Dzurriyah Rasulullah SAW akan terjaga dari Murtad dan Maksiat sepanjang masa’.
Beberapa fakta dan data yang pernah kita catat dalam dinamika dan sejarah Ba’alwi di nusantara memiliki catatan sejarah yang menguatkan kesimpulan bahwa ‘Ba’alwy memang Bukan Dzurriyah Nabi”, terbukti ada tokoh bermarga Bin Yahya menjadi antek penjajah kolonial dan menjadi penghianat perjuangan kemerdekaan RI, ada tokoh dengan Marga Assegaf yang menjadi Pendeta, dan artis film dewasa, ada tokoh bermarga Shihab yang disinyalir merongrong keutuhan NKRI, dan berbagai catatan sejarah lainnya.
Dan kini, dalam dialektika diskursus polemik nasab ini, ada rilis berita lawas yang memperkaya khasanah terkait ‘perhabiban’ di nusantara dengan judul:

 

Sejarah Klub Malam Pertama di Indonesia, Terbesar di Asia Tenggara didirikan oleh seorang habib Yaman klan Ba’alwi.

Ahmad Fahmy Alhady dan Ratna Sarumpaet

.
Tanamur adalah diskotek pertama di Jakarta. Berdiri pada 12 November 1970 silam. Pemiliknya Habib Ahmad Fahmy Al-hady, anak saudagar Arab, juragan tekstil Tanah Abang.

Gubernur DKI Jakarta waktu itu dijabat Ali Sadikin. Keran investasi sedang dibuka seluas-luasnya. Tempat hiburan malam menjamur.

Ia mengizinkan pembukaan tempat perjudian, night club dan panti pijat. Kata Bang Ali, hiburan malam merupakan syarat dan keharusan Jakarta untuk menjadi sebuah kota metropolitan.

“Tentu saja sebelum surat izinnya diteken Gubernur Haji Ali Sadikin, lokasinya ditilik-tilik dulu sesuai apa tidak dengan prinsip, jauh dari sekolah, tempat ibadah dan rumah kediaman,” tulis Tempo, 14 Februari 1976.

Setelah Miraca tutup pada 1970-an awal, “posisi” Usmar Ismail digantikan Ahmad Fahmy Alhady yang mendirikan diskotek Tanamur, 12 November 1970.

Dengan konsep diskotek — lain dengan night club atau bar — Fahmy, anak saudagar Arab jugaran tekstil Tanah Abang berhasil merajai hiburan malam Jakarta.

Tanamur didirikan oleh Ahmad Fahmy Alhady, ayah artis Atiqah Hasiholan.

Alasan pria yang pernah jadi suami Ratna Sarumpaet ini membuka diskotek sederhana saja…

“Sudah terlalu banjak night club di Djakarta. Tapi semuanja terlalu formil. Tidak ada suasana bersantai. Perlu didirikan sesuatu jang lain jang dapat memberikan suasana merdeka, sehingga orang dapat beristirahat,” katanya, tulis majalah Tempo, 20 Maret 1971.

sumber tulisan :https://faktabanten.co.id/nasional/tanamur-diskotek-pertama-di-jakarta-milik-pengusaha-arab/




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *