Silsilah Imam Bonjol, Pahlawan Nasional Asal Sumatra Barat BUKAN bin Syahab (BUKAN KLAN BA’ALAWI)
Ilustrasi foto Perang Padri yang Dipimpin Imam Bonjol, Pahlawan Nasional Indonesia. Sumber foto: Unsplash
Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Luhak Agam, Pagaruyung pada 1 Januari 1772. Dia selanjutnya dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Syekh Muhammad Said Bonjol atau Inyik Bonjol.
Tuanku Imam Bonjol, salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Sumatra Barat. Beliau juga merupakan seorang ulama, pemimpin, serta pejuang dalam perang melawan Belanda. Perang ini biasa kita sebut sebagai Perang Padri.
Atas jasa-jasanya, beliau diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973 pada 6 November 1973.
Merangkum dari buku Tuanku Imam Bonjol: Riwayat Hidup dan Perjuangannya karya Sutrisno Kutoyo, Tuanku Imam Bonjol atau Peto Syarif lahir di Kampung Tanjung Bunga, Sumatra Barat pada 1772. Ia adalah seorang ulama sekaligus pimpinan masyarakat pada masa itu.
Mulai dari masa kanak-kanak, beliau merupakan seseorang yang berkemauan keras dan memiliki otak yang cerdas.
Saat usia 5 tahun, ia selalu diajak oleh kakeknya untuk mendengarkan orang mengaji di kampung. Karena hal ini, ia telah mengenal huruf Al-Qur’an bahkan sebelum belajar mengaji.
Selain itu, beliau juga merupakan seseorang yang mudah bergaul dan tidak pilih-pilih teman. Meski begitu, ia mempunyai watak yang keras dan jiwa pemimpin yang kuat.
Setelah dewasa, dia belajar agama Islam kepada Syekh Ibrahim Kumpulan di Bonjol pada 1809–1814. Selanjutnya, antara tahun 1818 dia memperdalam ilmu Tarekat Naqsyabandiyah di Bonjol. Dia juga tertarik mempelajari budi bahasa yang luhur, tingkah laku, dan kearifan.
Dia mempunyai beberapa orang istri, tetapi hanya satu yang mendampinginya hingga meninggal, yaitu Hajjah Solehah. Melalui pernikahannya dengan Solehah, dia dikaruniai 10 orang anak, yaitu lima orang anak laki-laki dan lima orang anak perempuan. Anak-anaknya adalah Hasan, Hasyim, Harun al-Rasyid, Syahrudin, Djusnah, Sawwadjir, Hasanah, Rofiah, Cholidi, dan Nur Baiti.
Kebiasaan Imam Bonjol yang patut untuk dicontoh adalah sebagai berikut.
- Terbiasa tidur di masjid, tetapi hampir 2/3 dari waktunya dihabiskan untuk beribadah dan mengajar;
- Selalu mengenakan jubah dan serban putih;
- Sering mengurangi waktu tidur pada malam hari untuk berkhalwat kepada Allah SWT;
- Memakan dengan lauk sederhana;
- Setiap orang yang datang kepadanya dilayani dengan baik, tanpa membedakan siapa pun.
Imam Bonjol mempunyai keahlian di bidang ilmu tasawuf dan ilmu fikih. Selain itu, dia juga mempunyai keahlian di bidang pengobatan tradisional. Dia dikenal di kalangan masyarakat mampu menyembuhkan berbagai penyakit yang sering dikatakan misterius. Sebelum menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut, dia melakukan salat istikharah dan berdoa kepada Tuhan, sehingga para pasiennya juga sembuh seolah-olah secara misterius juga.
Saat kepentingannya diusik, maka ia tak akan segan-segan untuk melawannya. Karena sifatnya ini, ia berhasil memimpin Perang Padri.
Silsilah Imam Bonjol
Imam Bonjol lahir dari seorang ibu bernama Hamatun, sementara ayahnya bernama Buya Nuddin. Ia bersaudara lima orang, dua laki-laki dan 3 wanita.
Almarhum K.H. Ali Maksum, yaitu sesepuh NU, menjelaskan bahwa Imam Bonjol bukanlah dari fam bin Syahab. Namun, tetap saja ia masih termasuk Ahlulbait dari Sayyid Muhammad Syahabuddin Al-Husaini.
Berikut ini nasab Tuanku Imam Bonjol :
Kanjeng Nabi Muhammad Rasulillah Saw
Sayyidah Fatimah
Sayyidina Hasan
Syarif Hasan al-Mutsanna
Syarif Abdullah al-Kamil
Syarif Musa al-Jun
Syarif Abdullah ats-Tsani
Syarif Musa ats-Tsani
Syarif Dawud Amir Makkah
Syarif Muhammad
Syarif Yahya az-Zahid
Syarif Abdullah
Syarif Abu Sholeh Musa Jaki Dausat
Sulton Aulia Syekh Abdul Qodir Jailani
Syarif Abdul Aziz bin Syarif Sholeh
Syarif Abdurozak
Syarif Abdul Jabbar
Syarif Syu’aib
Syarif Abdul Qodir
Syarif Junaid
Syarif Maulana Ishaq
Syarif Yaqub
Syarif Muhammad Ainul Yaqin (Sunan Giri)
Abdurrahman/Muhammad Syahabuddin I (Sultan Minangkabau)
Syekh Muhammad Said Bonjol atau Inyik Bonjol (Tuanku imam Bonjol).
Kenapa Tuanku Imam Bonjol di akui Ba’alwi?
Dalam Kitab Syamsuzh Zhahirah yang menerangkan tentang nasab fam bin Syahab, nama Imam Bonjol tidak tercantum dalam nasab bin Syahab. Nama Syahab dari nama Tuanku Imam Bonjol adalah nama gelar dan tidak terhubung dengan nasab dari fam Syahab Balawi. Kalau begitu kemana nasab Tuanku Imam Bonjol, Jika ia bukan bin Syahab? Mengapa Tuanku Imam Bonjol memakai gelar Syarif Muhammad Syahabuddin?
Dari sumber otentik lain ditemukan dikatakan bahwa Tuanku Imam Bonjol juga seorang pengamal tarekat, jadi beliau bukanlah penganut paham wahabi seperti yang ditulis dalam buku sejarah atau berbagai sumber.
Dalam hal ini Almarhum KH. Ali Maksum Lasem (Sesepuh NU) yang juga keturunan Sultan Pagaruyung melalui Sultan Mahmud (Sunan Jejeruk) menjelaskan bahwa.
“Meskipun Imam Bonjol bukan dari fam bin Syahab, namun ia adalah masih termasuk Ahlulbait dari Sayyid Muhammad Syahabuddin Al-Husaini seorang Ulama Minangkabau yang lahir tahun 1492 M, dan sampai saat ini keturunannya masih ada”.
Syahab yang dipakai oleh Imam bonjol merujuk kepada nama Sultan Pagaruyung Minangkabau yaitu Abdurrahman/ Muhammad Syahabuddin I (Sultan Minangkabau) bin Sunan Giri bin As-Sayyid Maulana Ishaq bin As-Sayyid Ibrahim Zainuddin Akbar As-Samarqandi bin As-Sayyid Imam Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro sampai kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. (Sumber : Syaikh Yasin bin Isa Al-Faddani, Ulama Besar Makkah, Keturunan dari Sultan Minangkabau bin Sunan Giri).
Hal ini sesuai juga dengan Manuskrip Kuno Pagaruyung Minangkabau Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Kode MI 438, Yang menerangkan Di bawah ini adalah Rante Rante Silsilah Keturunan Syech Jumadil Kubro dan Putri Selinduang Bulan juga para Keturunan Raja – Raja Pagaruyung Minangkabau di Manuskrip Tambo Pagaruyung Minangkabau Peninggalan Bundo Kanduang yang panjang Rante Rante Silsilah ini Mencapai 6 Meter Lebih.
Waallahu Alam