TELAAH KRITIS MUNCULNYA MAKAM WALIPITU DI BALI YANG MERESAHKAN MASYARAKAT BALI DAN UMAT ISLAM

NASAB BA’ALWI PALSU & WALI PITU YANG MERESAHKAN MASYARAKAT BALI
(Telaah kritis atas munculnya makam-makam baru di daerah Bali yang diklaim sebagai Makam Walipitu para habaib yang meresahkan mayarakat sekitar)

Reposted By: Abdur Rahman El Syarif

Tulisan ini sengaja saya angkat dari postingan akun bernama Echo BaGus Satrio yang bertutur dengan gaya saya atau aku:

Saya tidak menyinggung soal nasab, itu urusan lain. Tapi kengawuran soal sejarah Indonesia dinisbatkan kepada perjuangan habib-habib, dan Pemalsuan makam-makam oleh oknum Ba’lawi itu nggak bisa kita nafikan terjadi diberbagai daerah, yang cukup menghebohkan kemarin kasus Habib Lutfi “menghabibkan” Sumodiningrat, pahlawan Mataram Islam padahal murni berdarah Jawa.

Semalam saya iseng-iseng buka-buka lemari lama, nemu buku Wali Pitu, buku ini saya beli sekitar tujuh tahun lalu saya ikut destinasi Ziarah Wali 7 di Bali. Buku ini ditulis oleh Habib Toyyib Zaen Arifin Assegaf, pelopor dan penemu makam-makam itu, Yang cukup menganggetkan itu ternyata makam-makam habib-habib di Bali itu baru di temukan tahun abad ke 20, itupun lewat metode Kasyaf, mimpi, bisikan ghaib. Menurut pengakuannya, masyarakat sebenarnya tidak tau kalau disana ada kuburan, (nggak ada kuburan) alias lahan kosong atau ada nama kuburan yang nggak teridentifikasi namanya siapa. Tapi lagi-lagi, karena bisikan ghaib dinamailah makam-makam itu. Tak lupa sebagai bumbu manis, dibuatlah karomah-karomahnya.

Singkatnya, si Zaen ini selama bertahun-tahun dia sudah menemukan 6 makam, namun dalam minpinya ada tujuh wali bukan enam wali. Dia mendapat ilham lagi, kalau makamnya itu belum berwujud alias belum orangnya belum meninggal. Tahun 90an akhir, meninggallah tokoh habib ali Bafaqih, dan dijadikan kalau dia wali ketujuh. Lengkap sudah sebutan Wali pitu ini.

Sama aja kayak didaerah saya, ada orang nemu batako kuno, bekas perkampungan kuno. Kemudian didatangkanlah orang pinter, dimasukan jin ke mediator untuk diwawancarai, akhirnya orang-orang yang kerasukan itu cerita kalau dulu tempat ini begini begitu, dan ini makam si Habib A, terus ada lagi datang orang pinter, wawancarai jin, kemudian Habib B, Habib muncul lagi habib C, disamping-samping makam itu. Dan kini jadi wisata Ziarah. Saksi mata persitiwa itu banyak kok, saya kenal mulai dari yang ikut gali gali batakonya, atau ahli dibidang sejarah. kebetulan itu daerahnya deket saya juga.

Kemungkinan besar, proyek pengadaan makam makam palsu khususnya di Bali itu untuk menandingi kekeramatan Walisongo di Jawa.

Catatan: Sudah saya cek diberbagai sumber, makam-makam Habib wali pitu nggak ada dibuku buku sejarah Bali.

Kisah Wali Pitu, Penyebar Islam di Pulau Dewata Bali dan Muasal Penyebutannya

Liputan6.com, Denpasar – Ketika memperbincangkan jejak Islam di Bali, ada kisah yang selalu disodorkan masyarakat, yakni Wali Pitu yang dipahami sebagai tujuh wali penyebar Islam di “Pulau Dewata” itu.

Namun, jejak itu tidak sepenuhnya akurat. Hal itu sempat ditelusuri penulis dalam silaturahim atau ziarah Wali Pitu dari makam ke makam selama pandemi COVID-19 (2020-2021), dari barat (Jembrana) hingga timur (Karangasem).

“Kalau menyebut Wali Pitu, sebagai orang yang sudah lama berada di Bali, kami tertawa, karena Wali Pitu itu rute wisata religi dari biro travel saja,”ujar salah seorang tokoh masyarakat Karangasem, Rudi pada Senin (17/5), dikutip Antara.

Ya, jika merujuk istilah “Wali Pitu” di Bali, maka orientasinya pada Walisongo di Jawa yang merupakan Dewan Wali yang dibentuk Kanjeng Raden Rahmat (Sunan Ampel) Surabaya, Jawa Timur pada 1404.

Merekalah, sembilan penyebar Islam di Tanah Jawa, yang mendakwahkan Islam, melalui metode dakwah yang strategis hingga mampu diterima masyarakat Jawa, atau mampu mengislamkan masyarakat Jawa hingga melebihi 90 persen.

Apakah di Bali juga ada semacam Dewan Wali itu? Faktanya, istilah “Wali Pitu” itu justru disusun Habib Toyyib Zaen Arifin Assegaf dalam bukunya bertajuk “Sejarah Wujudnya Makam ‘Sab’atul Auliya’, Wali Pitu di Bali” (Ponpes Lirboyo, Kediri, Jatim, 1998).

Dalam buku itu, Habib Toyyib Zaen Arifin Assegaf yang merupakan pengasuh Jam’iyah Manaqib Al Jamali (Jawa-Madura-Bali) menyebut situs (peninggalan) makam-makam Wali Pitu (wali tujuh) yang lokasinya menyebar di beberapa wilayah di Bali.

Habib Toyyib Zaen Arifin Assegaf mendaku ketujuh nama itu diketahuinya lewat pengalaman rohani yang memberikan petunjuk-petunjuk kepadanya pada Bulan Muharam 1412 H/1992 M. (H. Bagenda Ali, AswajaDewata.com, 16/10/2020).

Sumber tulisan:  – https://www.liputan6.com/islami/read/5126554/kisah-wali-pitu-penyebar-islam-di-pulau-dewata-bali-dan-muasal-penyebutannya




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *