Waspada Ajaran Sesat Klan Ba’alwi: Ziarah Kubur yang Menyimpang dari Suni-Ahlussunnah Wal Jama’ah

*Waspada Ajaran Sesat Klan Ba’alwi: Ziarah Kubur yang Menyimpang dari Suni-Ahlussunnah Wal Jama’ah*

(Video kesesatan ziarah klan ba’alwi terdapat dalam video dibawah tulisan ini)

Ziarah kubur adalah salah satu amalan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Selain untuk mengingat kematian, ziarah juga bertujuan mendoakan ahli kubur dan mengambil pelajaran dari kehidupan mereka. Dalam Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja), ziarah kubur memiliki tata cara yang benar sesuai ajaran para ulama. Namun, harus diwaspadai praktik menyimpang yang sering diajarkan oleh Klan Ba’alwi, seperti meminta hajat kepada penghuni kubur dan menganggap wali yang sudah wafat memiliki kuasa atas doa yang dipanjatkan.

*Ziarah Kubur yang Benar dalam Islam*

Dalam Islam, ziarah kubur yang benar adalah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan para ulama Aswaja. Adapun beberapa adab yang harus diperhatikan dalam ziarah kubur:

1. Mengucapkan salam kepada ahli kubur sebagaimana diajarkan Nabi SAW:
“Assalamu’alaikum ya ahlad-diyaar minal-mu’minin wal-muslimin, wa innaa insyaa Allaahu bikum laahiqoon. Nas’alullaaha lanaa wa lakumul-‘aafiyah.”

2. Mendoakan ahli kubur, bukan meminta sesuatu kepada mereka.

3. Boleh bertawasul dengan para wali dan orang saleh, yaitu berdoa kepada Allah dengan menyebut nama mereka sebagai perantara.

4. Menabur bunga di atas kuburan juga diperbolehkan dalam tradisi Aswaja, sebagaimana Rasulullah SAW pernah meletakkan pelepah kurma di atas kuburan dan mengatakan bahwa pelepah tersebut dapat meringankan siksa penghuni kubur.

 

*Kesalahan Ajaran Klan Ba’alwi dalam Ziarah Kubur*

Sayangnya, ajaran klan Ba’alwi sering menyimpangkan makna ziarah kubur dengan cara-cara berikut:

1. Meminta hajat kepada ahli kubur seolah-olah mereka memiliki kuasa penuh untuk mengabulkan doa.

2. Menganggap wali yang sudah wafat bisa mengabulkan doa tanpa izin Allah.

3. Meyakini bahwa doa akan terkabul jika ditujukan langsung kepada wali, bukan kepada Allah.

 

Padahal, dalam Islam, doa hanya boleh ditujukan kepada Allah SWT, bukan kepada manusia, jin, atau makhluk lain. Rasulullah SAW dan para sahabat tidak pernah meminta sesuatu kepada penghuni kubur, melainkan hanya berdoa kepada Allah.

*Tawasul yang Benar, Bukan Syirik*

Dalam Aswaja, tawasul adalah hal yang diperbolehkan selama tetap berpegang pada prinsip bahwa hanya Allah yang mengabulkan doa. Contohnya:

Tawasul dengan amal saleh: “Ya Allah, dengan amal kebaikan yang pernah kulakukan, kabulkanlah doaku.”

Tawasul dengan para nabi dan wali: “Ya Allah, dengan kemuliaan Nabi-Mu dan wali-wali-Mu, berikanlah pertolongan kepada kami.”

Tetapi perlu diingat, tawasul bukan berarti meminta langsung kepada ahli kubur, melainkan tetap berdoa kepada Allah dengan menyebut nama mereka sebagai perantara.

*Kesimpulan*

Ziarah kubur adalah amalan sunnah yang dianjurkan dalam Islam, terutama dalam ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Berziarah di makam wali Allah memang merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa, tetapi doa tetap harus ditujukan kepada Allah SWT, bukan kepada ahli kubur.

Waspadai ajaran klan Ba’alwi yang sering menyesatkan umat dengan mengajarkan praktik yang berlebihan, seperti meminta langsung kepada wali yang sudah wafat dan menganggap mereka memiliki kuasa untuk mengabulkan doa. Kita harus tetap berpegang pada ajaran yang lurus sesuai tuntunan Rasulullah SAW dan para ulama Aswaja, agar terhindar dari praktik yang menyimpang.

Mari berziarah dengan cara yang benar, agar mendapatkan keberkahan tanpa terjerumus dalam kesesatan!




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *