Who is Benefiting dari Baalwisasi-Yamanisasi Klan Habib Baalwi
Penulis: Kgm. Rifky Zulkarnaen
Penjelasan Who is Benefiting
Pertanyaan ‘who is benefiting (from)?’ merupakan pertanyaan investigasi yang sederhana dan powerful. Pertanyaan itu untuk menelusuri siapa yang diuntungkan dari sebuah perilaku, fenomena, kasus atau keputusan. Dari situ kita mulai dapat menelusuri dan mengetahui siapa dalang di baliknya, motifnya apa, untuk apa atau tujuannya apa dan hal-hal lainnya. Dapat dilihat dengan substansi yang sama, dalam penelusuran pelaku korupsi dan sindikasi kejahatan finansial kita mengenal kaidah follow the money; ia adalah suatu bentuk pengaplikasian who is benefiting (from).
Dalam konteks studi Klan Habib ini berlaku pula kaidah yang sama:
- Who is benefiting? Siapa yang diuntungkan dari semua yang dilakukan Klan Habib Baalwi tanpa terkecuali? Yang dimaksud keuntungan dan kerugian adalah baik dalam bentuk materiil (tangible) maupun immateriil (intangible);
- Follow the energy or follow the flow of influence.
Berikutnya penulis utarakan hasil analisis dengan urut-urutan macro to micro analysis atau top-down analysis. Pada masing-masing part penulis memberikan gambaran umum, tidak mendetail, sebab aksentuasi tulisan ini pada kawasan who is benefiting. Elaborasi pada masing-masing part ada pada tulisan lain. InsyaAllah. Atau, Anda pun bisa membuatnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan: siapa yang diuntungkan dari ini, ini, itu, itu? Lalu lakukan analisis 360 derajat.
Melihat Pola, Aliran, dan Siapa yang Diuntungkan
Part-part pada gambar hanyalah sebagian besar yang dilakukan Klan Habib Baalwi. Pada gambar hanyalah sampel-sampel utama, tidak detail dituliskan karena keterbatasan kanvas. Anda bisa menambahkannya sendiri.
Dari seluruh part itu semuanya dibaalwikan (dijadikan habib) atau Klan Habib Baalwi diposisikan lebih atas atau paling atas (superlatif). Sedangkan yang lain diposisikan di bawah mereka. Selalu saja begitu, konsisten begitu polanya. Oleh karena itu kami menyebutnya Baalwisasi-Yamanisasi karena semuanya dihabibkan dan mengerucut tunggal pada Klan Habib Baalwi.
Dari Baalwisasi-Yamanisasi itu terlihat jelas yang diuntungkan adalah Klan Habib Baalwi secara keseluruhan bukan parsial individu per individu, tak hanya Habib Kejam namun Habib Jembut (jempolan lembutnya) juga diuntungkan, yang lantang bersuara maupun yang diam tak bersuara. Memang apabila dilihat kasus per kasus terlihat pelakunya oknum-oknum—sebagian besar orang mengucapkan demikian—dan yang diuntungkan nampaknya adalah individu (oknum) atau per marga. Namun perlu diperhatikan dengan seksama ketika ia diuntungkan secara individu atau marganya, itu sekaligus menguntungkan atau mengangkat status sosial atau citra keseluruhan Klan Habib Baalwi karena yang diangkat adalah merek ‘habib’. Dengan kata lain seluruh orang yang bergelar habib diuntungkan. Di mana gelar ‘habib’ eksklusif hanya bagi keluarga Klan Baalwi, selain Klan Baalwi tidak boleh mengenakan gelar ‘habib’. Gelar ‘habib’ merupakan gelar khusus yang menunjukkan ras Baalwi.
Hanya sebagai percontohan saja. Mekanisme ini sama seperti institusi negara umpamanya MPR. Ketika satu orang melakukan kejahatan, ia telah mencoreng nama baik keseluruhan institusi MPR itu. Mengapa? Karena sifatnya yang eksklusif, tidak semua orang bisa mengaku sebagai anggota MPR. Sama dengan itu, Habib telah menjadi institusi karena sifatnya yang eksklusif, tidak semua orang bisa bergelar habib. Habib telah menjadi institusi Cucu Nabi (saat pra-tesis Kyai Imad) atau tepatnya saat ini Habib adalah Cucu Palsu Nabi Muhammad Saw.
Mengapa merek atau gelar ‘Habib’ telah menginstitusi (menjadi institusi)? Atau bagaimana bisa ia menginstitusi? Begini…
Pertama. Melalui doktrin dan propaganda Klan Habib Baalwi gelar ‘Habib’ oleh Habib diidentikkan sebagai gelar bagi cucu Nabi Muhammad Saw. Maka seluruh individu (oknum) yang memiliki gelar Habib distatuskan sebagai cucu Nabi Muhammad Saw. Inilah pengikat, pemersatu, atau simpul dari seluruh individu-individu (oknum) yang bergelar Habib. Ada istilah lain yang digunakan yaitu itroh. Meski dua istilah tersebut atau beberapa istilah lain mengandung muatan makna yang sebenarnya berbeda satu sama lain namun pada konteks fenomena ini perbedaan tersebut dapat dikatakan tidak berpengaruh karena Klan Habib Baalwi menggunakan istilah-istilah itu seluruhnya hanya untuk kalangannya saja.
Kedua. Gelar Habib merupakan gelar eksklusif bagi keluarga besar Baalwi; di luar Baalwi tidak boleh menggunakan gelar itu. Pribumi yang mengenakan gelar habib dipukuli, diinjak kepalanya, ditempeleng, dan jenis persekusi fisikal, mental dan verbal lainnya.
Itulah yang terjadi bahwa muatan yang dibawa oleh gelar Habib adalah keseluruhan keluarga ‘Habib Baalwi = cucu Nabi’ bukan individu per individu. Maka ketika gelar Habib atau satu orang yang bergelar Habib atau satu marga yang bergelar Habib, terangkat citranya maka itu mengangkat keseluruhan Klan Habib Baalwi terlepas ia dari marga apapun, terlepas ia kasar atau lembut, terlepas ia ikut bicara atau diam tak melakukan apa-apa. Seluruhnya diuntungkan tanpa terkecuali.
Mekanisme ini menguntungkan bagi Klan Habib Baalwi karena dengan hanya satu orang saja tampil ke publik mengagung-agungkan gelar ‘habib’ sebagai Cucu Nabi yang wajib dicintai dan ditaati, semua habib lain yang tidak bicara turut terangkat status sosial dan pengaruhnya. Di satu sisi itu menguntungkan begitu, di sisi yang lain ia menjadi bumerang karena dengan membuktikan silsilah satu habib saja pada pangkal pertemuan silsilah seluruh habib bahwa pangkal itu bukanlah Cucu Nabi maka seluruh habib juga berarti bukan Cucu Nabi. Lain daripada itu, ketika satu habib menjatuhkan marwah gelar habib maka seluruh imigran Yaman yang bergelar habib jatuh pula marwahnya; apalagi beberapa habib, apalagi banyak sekali habib yang menjatuhkan marwah gelar habib, semakin jatuhlah marwah gelar habib di mata masyarakat. Hal demikian itu segera dimitigasi mati-matian oleh Klan Habib Baalwi melalui doktrin-doktrin yang melokalisir dan memusatkan perhatian masyarakat kepada ras atau dzat atau darah Klan Habib Baalwi bukan pada kualitas.
Ketiga. Perhatikan pada ceramah, doktrin dan propaganda para Habib; serta Baalwisasi-Yamanisasi part lain. Mereka mengangkat seluruh Habib melalui pengkultusan gelar ‘Habib’ dan merendahkan keseluruhan non habib. Meninggikan seluruh Habib, merendahkan seluruh non habib. Men-generalisasi seluruh habib, men-generalisasi seluruh non-habib.
Sebagai contoh yang populer:
“Belajar kepada satu habib yang bodoh lebih mulia (lebih baik) daripada belajar kepada 70 kyai yang alim!”
“Kaki habib yang maksiat lebih mulia daripada kepala kyai yang bersorban!”
“Di dalam tubuh kami (habib) mengalir darah suci Rasulullah!” Secara implisit mengatakan kepada yang non habib: sedangkan kalian dan mereka yang bukan Habib tidak mengalir darah suci Rasulullah.
“Yang membenci Habib, murtad, mati kafir.”
“Wajib hukumnya mencintai habib.”
“Menjadi habib jauh lebih mulia daripada menjadi ulama. Anda cinta ulama, bagus. Tapi kalau benci Habaib, percuma.”
Perhatikan mekanisme psikologis dari gabungan poin satu, dua, dan tiga. Baalwisasi-Yamanisasi tersebut menguntungkan dan mengangkat keseluruhan Klan Habib Baalwi, tidak hanya individu per individu; tidak hanya menguntungkan dan mengangkat status dan citra si habib yang menceramahkannya; namun juga habib-habib lain yang diam, habib yang terlihat tidak memalsukan sejarah dan makam, habib yang nampak baik, habib yang nampak lembut, habib yang nampak pro NKRI, habib jembut yang berlagak kontra dengan habib kejam, habib yang berpura-pura tidak mau dipanggil habib yang dalam pemaknaan mereka habib adalah cucu nabi; menguntungkan pula bagi habib Baalwi di wilayah-wilayah lain sekalipun ia yang berada di ujung jauh negeri sana hingga ke habib-habib yang di luar negeri terutama Tarim Hadramaut.
Perlu diperhatikan secara cermat: dampak kenaikan citra, peninggian status dan kasta sosial serta pengaruh itu hanya terbatas untuk kalangan Klan Habib Baalwi saja, tidak untuk pribumi. Sementara dampak bagi pribumi, berdasarkan perbedaan ras, pribumi diposisikan di bawah Klan Habib Baalwi. Tidak hanya pribumi namun seluruh Bangsa Indonesia (Nusantara) tanpa terkecuali diposisikan di bawah Klan Habib Baalwi.
Ini berbeda dengan gelar-gelar lain seperti kyai, ustadz, doktor, dan profesor yang tidak berdasar ras; yang bersifat inklusif dan boleh-boleh saja disandang siapa pun tidak peduli nasab, ras atau keluarga tertentu sepanjang kualitas pribadinya memenuhi syarat atau dianggap memenuhi syarat. Katakan saja, ketika gelar Kyai diangkat citranya oleh seorang oknum Kyai, di permukaan percakapan sosial yang terangkat nampaknya adalah semua yang bergelar kyai; tetapi semua orang bisa dan boleh bergelar Kyai (inklusif). Yang oleh karena sifat penggunaannya seperti itu, maka orang-orang yang mengenakan gelar tersebut dipandang masyarakat sebagai individu per individu dan dinilai berdasar kualitas masing-masing individu. Ketika melihat dan mendengar ceramah kyai yang mengangkat citra gelar kyai mekanisme yang terjadi di internal psikologi masyarakat menggunakan kacamata filter kualitas bukan ras. Maka demikian ketika seorang Kyai mengangkat citra gelar Kyai yang terjadi di psikologi sosial masyarakat adalah tidaklah semua kyai terangkat citranya, statement itu mengalami filtering kualitas pada tiap-tiap individu kyai; ia bergantung kepada penilaian masyarakat mengenai kualitas pribadi yang bergelar Kyai.
Sementara ketika seorang Habib mengagungkan gelar ‘Habib’ yang terangkat seluruh keturunan Imigran Yaman Baalwi bin Yuya Cucu Dukun Firaun tanpa terkecuali tak peduli kualitas manusianya bagaimana; dan pengaruhnya terbatas hanya untuk Klan Habib Baalwi karena gelar ‘habib’ eksklusif berbasis ras Klan Habib Baalwi. Ketika melihat dan mendengar ceramah habib yang mengagungkan gelar habib, mekanisme yang terjadi di internal psikologi masyarakat menggunakan kacamata filter ras yaitu habib dan non habib di mana ‘habib = cucu Nabi yang wajib dimuliakan dan ditaati’ dan ‘non habib = manusia rendahan yang tugasnya adalah memuliakan, mengutamakan dan mematuhi habib’[1].
Baik. Sekarang kita melangkah ke berbagai field praksis.
Resume Global View
Berikut ini adalah tabel analisis secara makro. Perhatikan siapa yang diuntungkan dan dirugikan.
Tak hanya habib-habib yang kejam yang diuntungkan, habib-habib yang terlihat tidak turut berbuat kejahatan serta yang terlihat baik dan lembut, habib yang terlihat diam saja, mereka pun diuntungkan dengan adanya (masifnya) doktrin Habib = Satu-Satunya Cucu Nabi dan Baalwisasi-Yamanisasi.
Tak peduli mereka mengakui atau tidak, itulah yang terjadi. Pada konteks ini, pengakuan lisan yang sok-sok menolak keuntungan itu, pengakuan itu tak mengubah realitas yang terjadi. Terserah lisannya mau ngomong apa, realitas tetaplah realitas. Lisan berkata matahari terbit dari Barat tak mengubah realitas matahari terbit dari Timur.
Middle Resume, Landscape Ormas dan Lembaga Pendidikan
Berikut ini adalah tabel analisis di struktur tengah masyarakat yaitu ormas dan yang berposisi sejenis. Perhatikan siapa yang diuntungkan dan dirugikan.
NU dan MD penulis jadikan sampel dan perwakilan dari organisasi dan komunitas sejenis yang non-habib.
Perhatikan pada tabel bahwa yang diuntungkan dari doktrin ‘Habib = Satu-Satunya Cucu Nabi’ dan Baalwisasi-Yamanisasi adalah tak hanya FPI (habib), Rabithah Alwiyah (habib), dan Majelis-Majelis Habib, namun yang diuntungkan juga termasuk lembaga pendidikan dan ponpes yang dimiliki oleh habib-habib yang nampaknya diam dan baik itu.
Barangkali ini mengejutkan karena luput dari perhatian. Penulis ulangi dengan sintaksis yang berbeda.
Proganda dan doktrin ‘belajar kepada satu habib bodoh lebih utama daripada 70 kyai yang alim’ dan keseluruhan bangunan doktrin Klan Habib Baalwi, itu tidak hanya berdampak pada skup individual Kyai vs Habib atau individual Non habib vs Habib saja, melainkan berdampak pula ke lembaga vs lembaga, pesantren vs pesantren, di mana pesantren Anda (Kyai dan non habib) dibikin tidak ‘laku’ diminati masyarakat bahkan dihindari oleh masyarakat. Ponpes atau lembaga pendidikan Kyai pribumi atau lembaga pendidikan non habib dipandang oleh masyarakat lebih rendah kualitasnya dan kalah gengsi daripada ponpes atau lembaga pendidikan Klan Habib Baalwi. Atau, bahkan ponpes atau lembaga pendidikan yang dipimpin Kyai atau non Habib dipandang tidak sahih ilmu ke-Islam-annya karena yang memimpin atau yang mengajar atau ajarannya bukan dari Habib.
Jika demikian yang terjadi, maka nanti Kyai-kyai akan terdorong atau terpaksa mencari mantu habib dan menjadikannya sebagai tokoh yang ditampilkan ke publik sebagai penerus estafet kepemimpinan pesantren sebagai upaya menarik minat masyarakat dan menjaga eksistensi pesantrennya. Dan terus begitu, dalam jangka panjang, dunia pesantren dikuasai habib.
Pengurus struktural NU non-habib Vs Pengurus struktural NU Habib
Berikut ini adalah tabel analisis dengan resolusi pandang lebih spesifik dan tajam yaitu di internal pengurus struktural NU sendiri. Perhatikan siapa yang diuntungkan dan dirugikan.
Doktrin ‘Habib = Satu-Satunya Cucu Nabi’ dan Baalwisasi-Yamanisasi menciptakan dampak perseptif dan paradigmatik bahwa pengurus NU non habib derajatnya dipandang rendah dan pengurus NU dari golongan habib derajatnya dipandang tinggi oleh masyarakat; besar kemungkinannya juga dalam pandangan sesama pribumi (non habib) di internal pengurus struktural NU sendiri; bahkan tentang bagaimana dirinya memandang (menilai) dirinya sendiri ia menilai dirinya lebih rendah daripada pengurus yang habib.
Hal ini arahnya untuk menguasai NU.
Jika ini dibiarkan berlangsung terus-menerus dari generasi ke generasi, ketika pemilihan pengurus dan ketua, para pribumi akan cenderung memilih dan menyerahkan kepengurusan dan kepemimpinan NU struktural dan kultural kepada Klan Habib; karena pribumi berpikir dan berkeyakinan bahwa yang lebih pantas memegang tampuk kepemimpinan adalah Klan Habib Baalwi karena mereka ‘Cyucyu Nabi’.
Itu nanti akan ketemu gambar utuhnya ketika Anda mengumpulkan puzzle-puzzle yang dialami oleh NU struktural dan kultural yang diperbuat Klan Habib. Mengenai ini lebih lengkap akan dibahas pada bab tersendiri. InsyaAlloh.
Political Field, Politisi dan Partai Politik
Mari kita lihat pengaruhnya di lapangan politik. Siapa yang diuntungkan? Partai politik yang berafiliasi dengan Klan Habib Baalwi dan politisi Klan Habib Baalwi.
Doktrin ‘Habib = Satu-Satunya Cucu Nabi’ dan Baalwisayasi Yamanisasi itu menguntungkan politisi-politisi Klan Habib Baalwi dan merugikan politisi non-habib. Sebagai konstituen terbesar di Indonesia, ketika umat Islam diyakinkan bahwa Klan Habib adalah satu-satunya ras yang paling mulia dan ras yang lain haruslah mendahulukan Klan Habib dalam kepemimpinan, maka umat Islam akan lebih cenderung memilih Klan Habib hanya berdasar rasnya itu. Karena ia Satu-Satunya Cucu Nabi.
Doktrin mendahulukan Habib dalam kepemimpinan sosial-keagamaan sudah disebarkan oleh Klan Habib[2]; pada ujungnya nanti ketika otoritas itu terbentuk di alam pikir dan keyakinan masyarakat, ia akan dikonversi ke wilayah politik dan menguasai lapangan politik (kekuasaan); partai politik mau tidak mau sedikit banyak mengikuti keadaan psikografis masyarakat as a political market guna mendulang suara (as vote getter). Partai politik akan menjadikan Klan Habib Baalwi as vote getter, calon pemimpin pemerintahan, atau menggunakan narasi-narasi agama tentang ‘ahlul bait [=habib]’ untuk memenangkan pertarungan di lapangan politik (politisasi agama). Penulis bukan orang PDI-P dan tak berkecimpung di politik praktis namun penulis dapat mengatakan: semua parpol akan berperilaku seperti itu kecuali PDI-P.
Apa yang penulis utarakan di atas sudah terjadi dan sedang terjadi. Anda pun menyaksikan itu. Hanya sebagai contoh saja:
Lihatlah betapa kejam dan beraninya psikologis Klan Habib Baalwi membuat narasi kampanye memanfaatkan hadist palsu guna memperoleh suara di gelanggang politik praktis atas nama cucu Nabi. Itu hadits palsu, penulis sudah menanyakan kepada KH. Imaduddin Utsman Al Bantani dan KH. Nur Ikhya Salafy Surabaya; keduanya menyatakan itu hadits palsu.
Tidak mengherankan bila kemudian nanti struktur kekuasaan NKRI[3] dari bawah hingga Presiden, MPR/DPR, dan merembet ke organ-organ negara lain seperti TNI/Polri dikuasai oleh Klan Habib Baalwi.
Secara garis besar kemungkinannya tiga:
Pertama. Kepengurusan partai politik didominasi Klan Habib. Akibat metabolisme psikis internal partai politik dan kebutuhan berbasis market. Atau, Klan Habib Baalwi membikin parpolnya sendiri.
Kedua. Morfologi partai politik terbagi menjadi dua kategori: partai Habib versus partai non habib. Partai non habib rentan disudutkan sebagai pembenci cucu Nabi dan fitnah-fitnah lain derivasi darinya.
Ketiga. Calon legislatif dan eksekutif dipenuhi Klan Habib Baalwi akibat kebutuhan partai politik memenangkan suara masyarakat. Calon yang non habib mengalami serangan yang sama sebagaimana poin nomor dua di atas.
Akumulasi dalam time frame panjang: Klan Habib menguasai political field (kekuasaan politik pemerintahan), Indonesia menjadi Syiah Imamiyah atau Sistem Khilafah yang entah bagaimana bentuknya tapi yang pasti dikuasai Klan Habib Baalwi.
Kyai vs Habib
Siapa yang diuntungkan? Klan Habib Baalwi.
Masyarakat akan memandang (persepsi) dan berkeyakinan bahwa yang paling mulia, paling atas, paling baik, paling benar adalah Habib. Akibatnya kyai, ustadz, buya, doktor, akademisi, dan gelar sosial serta gelar keilmuan lain akan tenggelam diinjak oleh gelar Habib. Gelar-gelar yang tidak lagi berharga karena bukan cucu nabi.
Secara jangka panjang: masyarakat tidak berbasis dan berorientasi pada ilmu, prestasi dan ketakwaan melainkan nasab (cucu nabi). Sebodoh apapun Habib tetap lebih mulia daripada non habib tak peduli sealim, sehebat dan sesholeh apa pun ia. Masyarakat akan mengikuti ajaran dan gerakan habib meski habib itu bodoh dan jahat. Keadaan dan keteraturan sosial (social order) akan kacau balau, peradaban akan bergerak mundur. Pasti. Ini diametral vis a vis dengan Fiqh Peradaban yang dideklarasikan NU (PBNU).
Pribumi Vs Klan Habib Baalwi
Siapa yang diuntungkan? Klan Habib Baalwi.
Syuhroh wal istifadhah Klan Habib melakukan dawir, kejahatan seksual, kejahatan sosial-keagamaan, persekusi verbal maupun fisikal serta melemparkan fitnah-fitnah seperti pembenci ahlul bait, kriminalisasi ulama, penistaan agama, tudingan kafir-murtad, iblis dan lain sebagainya.
Jika kyai dan tokoh-tokoh pribumi saja diinjak Klan Habib Baalwi seperti itu, apalagi pribumi dan masyarakat akar rumput tentu lebih sangat mudah diinjak-injak oleh Klan Habib. Pribumi akan jadi budak-budak Habib. Kalau mereka tidak mau jadi budak Habib, mereka akan dipersekusi dan atau dilabelling kafir, murtad, pembenci dzurriyah Nabi, dan bentuk represi atau pembasmian lainnya.
Apakah itu akan terjadi? Itu sudah terjadi. Sampelnya banyak sekali. Sudah jadi epidemi sosial. Malah ada satu desa semua warganya jadi langganan dawir habib bertahun-tahun lamanya[4]. Sampai-sampai tiap kali mendekati haul, seluruh warganya minggat dari desa tersebut. Tidak ada yang membela, tidak ada yang mengatasi praktek penindasan dan penjajahan itu, selama bertahun-tahun (jika bukan puluhan tahun).
Ke mana kyainya atau tokoh desanya kok dibiarkan? Lho, gimana… kan NU dari bawah hingga ke atas sudah dikuasai oleh Habib. Ke mana perangkat desa dan aparatur negara seperti polisi? Takut. Mengapa takut? Satu, takut ke NU. Dua, takut kena sanksi atau tekanan dari atas akibat mekanisme internal kepolisian atau birokasi pemerintahan. Tiga, aparatur desa dan polisi itu kan juga mayoritas muslim yang terpapar NU, maka mereka takut kualat, takut masuk neraka, takut menyakiti Rasulullah Saw. Adalah wajar mereka mengambil sikap yang menurut mereka paling aman bagi dirinya. Jika pun aparatur desa dan polisi melapor ke NU, lha wong NU-nya dikuasai habib, takut-takut ke habib, dan malah melindungi dan mendukung habib. Paling banter bisanya cuma menasehati sabar, ikhlas, tabah, ini ujian dan narasi-narasi picisan tak berguna lainnya pada pengubahan realitas. Akhirnya jadi lingkaran setan tak berkesudahan, menggelinding membesar menciptakan snowball effect.
Ya, begitulah, rakyat berada dalam keadaan miskin yatim-piatu lahir batinnya, dihardik-hardik oleh Klan Habib Baalwi, menderita sendirian tanpa ada yang memberi bantuan. Araitalladziy yukadzdzibu bid-diyn? Keadaan itu merupakan pengejawantahan surat Al-Ma’un yang paripurna.
Itu lama kelamaan rakyat akan memilih murtad. Bagaimana tidak? Menjadi Islam menderita; tidak menjadi Islam lega dan bahagia; tidak menjadi Islam malah aman sejahtera batin dan finansialnya, aman keluarga dan harta bendanya, terjaga dan termuliakan harkat martabatnya sebagai manusia. Masyarakat akan memilih ndak apa-apa dikatakan kelak masuk neraka yang penting surga dulu di dunia. Daripada di dunia sudah neraka, di akhirat pun neraka. Kan celaka tiga belas. Ya mending minimal surga dulu deh di dunia, akhirat urusan belakangan.
Atau, minimal kalau ketemu orang NU dan ketemu habib, masyarakat mengaku bukan NU. Lah, daripada ngaku NU lalu terancam hidupnya dan menderita jiwanya? Kan mending tidak mengaku NU, jadi aman, lega dan bahagia.
Kesimpulan
Di seluruh field: doktrin, propaganda, pergerakan, Baalwisasi-Yamanisasi hanya mengerucut dan menunggal pada keuntungan bagi seluruh Klan Habib Baalwi tanpa terkecuali. Simultan dengan itu merugikan, menindas, menjajah, dan membunuh daya hidup seluruh Bangsa Pribumi Nusantara tanpa terkecuali.
Epilog
Itulah gambaran yang sudah, sedang dan akan terjadi andai tidak ada tesis KH. Imaduddin Utsman Al Bantani yang menyatakan Habib bukan Cucu Nabi; didukung, dikuatkan dan ditabuh nyaring genderang perlawanannya dari arah Banten oleh nahdliyyin Banten; lalu nahdliyyin dari berbagai wilayah lain yang bersuara melalui YouTube; kemudian didukung dan dikuatkan oleh hasil kajian genetik genealogi Dr. Sugeng Sugiharto dan filologi Prof. Menachem Ali. Serta, bersamaan dan atau berurutan, organisasi massa Nusantara seperti PWI-LS, Alap-Alap Mataram, LasNU, Laskar Rajawali Songo, dan lainnya.
[1] https://rminubanten.or.id/habib-baalwis-doctrine-psycho-linguistic-model-pattern-and-its-impact-to-nusantara/
[2] https://youtu.be/4xAxjZjKOLM?si=F3wsmLEAKlSmf9Yb&t=392 ; https://youtu.be/BNz2xmozAlQ?si=92aFAR7T8EYtkEf2
[3] https://youtu.be/pLH4iBCHU5I?si=kkjC77v8PjdMQvXi
[4] https://youtu.be/PE24xU9fhc4?si=5fziaOfwZ7u_bv-3 ; https://youtu.be/EllE_61kQtI?si=Vro5vnndiXA9GzK7